Selasa, 18 Februari 2014
Sejarah Ilmu Kesehata Masyarakat dan Latar Belakang Ilmu Kesehata Masyarakat
Latar Belakang IKM
Kesehatan masyarakat merupakan salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan hal ini secara optimal diselenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau upaya kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang. Selain itu, sarana kesehatan dapat juga dipergunakan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan serta penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan (Aslam; 2003).
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Depkes; 2004).
Mengingat pentingnya pelayanan farmasi rumah sakit, maka calon apoteker perlu memahami dan mengenal peran apoteker di rumah sakit dengan memperhatikan peranann apoteker pada bagian tersebut.
Sejarah IKM
Evolusi Kedokteran dan kesehatan masyarakat
Sejarah evolusi kedokteran dan kesehatan masyarakat pada hakekatnya sejajar dengan sejarah evolusi peradaban manusia,karena keduanya adalah sebagian saja dari kebudayaan manusia. Kedua ilmu tersebut berkembang dari seni atau ilmu pengobatan. Dasarnya mula-mula adalah pengetahuan alam dan biologi bercampur dengan magis spiritual. Baru belakangan sekali pengetahuan sosial dan perilaku masuk di dalamnya. Dalam sejarah di negara-negara barat, mula-mula gereja dengan biara-biaranya ikut campur menangani ‘penyakit dan penderita’ tersebut di atas, dan campur tangan pemerintah atau negara baru terjadi belakangan. Baru kemudian nilai-nilai hak azasi manusia masuk. Baru dalam beberapa puluh tahun yang lampau bidangkedokteran mulai meluas dari yang tadinya hanya bersifat ‘bed-side treatment’ dan ‘individual clinical consultation’ kemudian berkembang menjadi ‘public and community health problems’.
Primitive Medicine
Keterampilan pengobatan yang dikuasai nenek moyang pada mulanya sebagian besar didasarkan pada penyakit adalah kutukan dewa, kemasukan roh jahat, pengaruh setan-setan dan lainnya yang bersifat magis dan tahayul. Oleh karena itu upaya-upaya pengobatan pada waktu itu sebagian besar dalam bentuk do’a-do’a, mantera, jimat-jimat, pengorbanan, upacara-upacara pengusiran setan dan roh jahat,dll sejenisnya. Penggunaan ramuan obat pada zaman prasejarah sejarah sebenarnya juga sudah dikenal meskipun mungkin masih sangat primitif. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman dalam upaya tadi, sebagian mungkin sudah berdasarkan cara yang lebih rasional dan empiris. Kemudian keberhasilannya diajarkan secara turun temurun dan tradisional kepada anak cucunya hingga sekarang.
Unsur-unsur dan praktek primitive medicine kadang masih tersisa dalam masyarakat primitive dan suku terasing di daerah pedalaman. Kadang cara tersebut juga masih dipraktekkan dimasyarakat tertentu pada zaman sekarang dengan berbagai versi. Tetapi kategorinya bukan primitive lagi, tetapi lebih tepatnya sebagai supernatural. Cara tersebut dapat dianggap sebagai kombinasi ilmu kedokteran yang empiris dengan kemampuan supernatural tadi, maupun dengan kemampuan yang termasuk paranormal yang cukup banyak peminatnya dimasa dewasa ini.
Berbeda dengan hal tersebut, pengobatan tradisional oleh pemerintah justru diangkat menjadi salah satu program upaya pelayanan kesehatan dasar di puskesmas. Pengobatan tradisional tersebut terutama ditekankan pada upaya pemanfaatan pengobatan atau pemakaian ramuan obat yang sudah diwariskan oleh nenek moyang yang sudah jelas khasiatnya, hanya masih perlu diselidiki lebih lanjut secara lebih ilmiah dan lebih rasional penggunaannya.
Beberapa catatan tentang ilmu kedokteran kuno
Catatan tentang pengetahuan kedokteran kuno ditemukan di India (dalam kitabWeda). Juga di Tiongkok, yaitu dasar tentang hygiene, ilmu dietetik, hydro-therapy, message, variolatiaon(penularan dengan sengaja terhadap cacar) untuk mencegah penyakit cacar yang sudah dikenal dan obat-obatan yang sudah dikenal pada zaman itu. Menurut peribahasa Cina, dokter yang baik adalah mereka yang sudah berbuat tidak saja pada orang sakit, tapi juga sehat.
Pada zaman Mesir kuno, pengetahuan kedokteran dicatat dalam ‘papyrus’, tercatat kurang lebih 800 ramuan. Minyak castor, asam lanat, terpentin, gentian, dan bahan-bahan obat lainnya yang sudah dikenal di zaman ini. Pada waktu itu sudah dikenal dasar-dasar ‘inuculation’ terhadap cacar, hubungan nyamuk dan malaria, hubungan antara tikus dan sampar (pes) serta dasar-dasar hygiene sanitasi lainnya. Kedokteran Mesir kuno berlangsung kurang lebih 2500 tahun sebelum munculnya kedokteran yunani kuno.
Di jaman yunani kuno ilmu kedokteran dan kesehatan mencatat kemajuan yang mengesankan. Kumpulan naskah tulisan tentang metode-metode klinik dihimpun dalam dokumen (corpus hippo craticum) mencoba menguraikan kejadian penyakit dalam segi iklim, penyediaan air, cara berpakaian, makanan, kebiasaan makan dan minum, dll.
Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran di Indonesia
Pada tahun 1808 Daendles mendirikan ‘militair geneeskundig (MGD)’ untuk keperluan kedokteran militer, sebagai mulainya ada fasilitas kesehatan berlandaskan kedokteran modern.
Thomas Stanford Raffles (1811) mendirikan civil ‘civil medical service’ yang tidak terlalu lama sudah dimulai program vaksinasi dan pemberantasan penyakit kelamin.
Tahun 1918 didirikan Standsverbandhuis di Jakarta untuk pengobatan dan perawatan. Dr.W.Bosh mendirikan ‘sekolah dokter jawa’ untuk mengatasi kesehatan orang pribumi. Program-program kesehatan masyarakat mulai dihidupkan lagi setelah revolusi fisik yaitu dimulai dengan bantuan UNICEF (1950). Tanggal 12 November 1959 ditetapkan sebagai hari kesehatan nasional di Indonesia. Undang-undang tentang ‘pokok-pokok kesehatan’ dikeluarkan 1960, disusul undang-undang karantina laut dan udara, undang-undang wabah tahun 1962 tahun 1968disusun rencana kesehatan nasional dimana konsep puskesmas pertama kali dikenalkan tidak lama lagi program KB nasional dilancarkan.undang-undang tentang kesehatan no 23 tahun 1992 diterbitkan untuk mengganti undang-undang tentang pokok kesehatan No 9 tahun 1960. Rumusan GBHN 1993 menggariskan PJP-II sudah diuraikan juga pada pelita VI bidang kesehatan.
Kesehatan Dunia
Pandemi sampar (pes atau pelaque) abad ke-14 menyebabkan penguasa pelabuhan internasional di Venesia membuat aturan karantina bagi kapal-kapal yang datang dari daerah terjangkit tapi persetujuan beberapa negara akan hal itu baru dimulai tahun 1992.
‘Organisasi kesehatan’ dari lembaga bangsa-bangsa didirikan di Geneva pada tahun 1993 sehabis perang dunia I banyak organisasi Internasional bermunculan. Konverensi kesehatan internasional oleh PBB (UNO) tahun 1946 di New York menghasilkan anggaran dasar untuk berdirinys orgsnisasi kesehatan dunia. Yang secara resmi mulai aktif sejak 1948 dan tanggal 7 April diakui sebagai hari kesehatan dunia.
Ruang Lingkup IKM
IKM pada tahap permulaannya memang telah berkembang sebagai salah satu bagian dari ilmu kedokteran, sehingga ruang lingkup ipteknya banyak tumpang tindih dengan ilmu induknya tersebut bahkan dasar-dasarnya sebagian besar sama, hanya beda pada beban muatan materinya. Semua mata ajaran di tingkat Pra-Medik, Pra-Klinik, dan Para-Klinik yang diajarkan di fakultas kedokteran diajarkan juga di FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat). Perbedaannya mulai terlihat setelah tingkat Para-Klinik, yaitu di fakultas kedokteran lalu mengarah ke klinik, sedangkan pada tingkat yang setara di FKM arahnya menuju ke materi iptek yang khusus IKM dengan berbagai peminatan-peminatan yang tersedia, seperti: AKM (Administrasi Kesehatan Masyarakat), Epidemologi, Bio-Statistik, KL/KK (Kesehatan Lingkungan/Kesehatan Kerja), PK/IP (Pendidikan Kesehatan/Ilmu Perilaku), dan lain-lain.
Dalam definisi IKM menurut Winslow (1920) yang seolah-olah menunjukan pemisahan peran bidang kedokteran dalam bidang kesehatan masyarakat. Pemisahan peran yang demikian sekarang sudah tidak relevan dan tidak perlu lagi dipersoalkan karena pada hakikatnya dalam segala komponen peran keduanya hampir tidak terpisahkan secara jelas.
Ruang lingkup IKM di bidang keperawatan juga sudah lama mendapat perhatian. Dalam jenjang-jenjang pendidikan keperawatan, baik pada tingkat dasar maupun pendidikan tinggi, materi pengetahuan IKM adalah salah satu mata ajaran penting. Pendidikan dasar keperawatan untuk tenaga paramedik di Indonesia yang semula dititik beratkan hanya pada keperawatan bidang klinik oleh departemen kesehatan RI pernah direoreantesikan ke bidang yang menitikberatkan pada kesehatan masyarakat.
Masalah tumpang tindihnya ruang lingkup seperti contoh di atas juga terjadi di bidang iptek yaitu di bidang ‘kedokteran gigi’ dan juga ‘keperawatan gigi’ (untuk tenaga para mediknya). Munculnya sub spesialisasi dalam beberapa bidang spesialisasi klinik, seperti pediatri-sosial dan obstetri-sosial, dll dan munculnya konsep yang lebih menyeluruh dalam sistem pendidikan kedokteran semuanya menunjukan bahwa pada hakikatnya ruang lungkup bidang klinik dan kesehatan masyarakat meskipun dapat dikatakan bisa dipisahkan, tapi fungsi dan peran ipteknya sebenarnya saling mengisi dan saling menunjang satu sama lain.
Konsep Kesehatan
Pada hakikatnya kesehatan dapat diartikan sebagai kondisi yang normal dari kehidupan manusia. Kesehatan adalah hak azasi setiap manusia yang dibawa sejak lahir. Hidup sehat adalah hidup yang mengikuti hukum alam atau cara-cara alamiah baik dari segi fisik, kejiwaan, dan lingkungan hidupnya.
Hukum alam ini menyangkut kebutuhan untuk udara segar, istirahat, relaksasi, tidur, kebersihan, sikap mental yang baik, kebiasaan yang baik, dan pola hidup yang baik, dll.
Rumah-rumah sakit dan poliklinik serta fasilitas pengobatan lainnya selalu penuh kebanjiran penderita yang sakit, tapi kurang sekali institusi atau fasilitas yang dapa melayani atau mengajarkan masyarakat tentang bagaimana ia dapat mencegah penyakit dan mempertahankan kondisi sehatnya.
Kesehatan sering kali di anggap sebagai sesuatu yang sudah dengan sendirinya begitu. Orang merasa tidak perlu memikirkannya sampai kesehatannya direnggut darinya. Selama ia dalam keadaan sehat, maka selalu ada kebutuhan lainnya yang dinilai lebih penting dan kondisi kesehatannya dapat diabaikan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar